Jalan-Jalan Murah: Semarang City Tour

09.00 am
Kata orang Semarang itu panas. Saya sih nggak percaya, sampai saya sendiri membuktikan. Dan ternyata bener, Semarang emang beneran panas……. kalo pas lagi panas. Dingin kalo pas lagi dingin. Dan basah kalo abis turun hujan. Juga gloomy kalo pas lagi mendung dan gelap kalo pas malam. Abaikan.

Dilatarbelakangi pengen nyobain kereta Kalijaga, rute Solo – Semarang yang diisukan akan berhenti beroperasi, beberapa waktu lalu main-mainlah saya ke Semarang. Berbekal sebotol air mineral dan duit cash yang pas-pasan juga mata super sipit karena masih ngantuk gilak, jam 04.50 saya sudah standby di stasiun Balapan. Kereta dijadwalkan berangkat jam 05.25 dan sampai jam 05.15 partner jalan saya belum juga nongol. Persis di menit-menit terakhir dia baru datang dengan muka rombeng dan rambut berantakan kayak abis ngapain gitu. LOL

Dengan sisa-sisa nafas yang ada, sampailah kami di dalem kereta yang sepi dan dingin abis. Padahal hari itu hari Minggu, tapi tempat duduk banyak yang kosong. Bahkan sampai berhenti di beberapa stasiun pun ngga banyak yang naik. Entah karena apa kereta ini sepi peminat.


Sensasi bepergian pagi-pagi emang syuper, nothing can beat deh. Iya sih masih ngantuk, tapi bakal ilang kalo udah ngadep ke jendela dan flirting with nature. Sadappp…. Dan kesempatan sesejuk ini juga ga akan dilewatkan begitu saja oleh pasangan lovey dovey yang duduk di sebelah saya. Setdah, cuddling mulu mereka, tapi saya sih santai, sambil remes-remes pegangan kursi.

Kursi depan kosong, sepinya ga main-main
Air mineral ini sok-sokan gagah, padahal dianya ngenes liat pasangan di seberang
08.00, touchdown Semarang. Kami memilih untuk turun di Stasiun Poncol, dengan alasan stasiun terakhir. Kalau pengen ngerasain stasiun utamanya Semarang bisa turun di Tawang. Jarak Tawang-Poncol juga ngga jauh, hampir kayak Balapan-Purwosari.
Di luar stasiun sudah buanyaakk banget orang nawarin jasa angkutan, tinggal pilih sesuai budget. Karena tenaga adalah nomor satu, kami memilih sarapan dulu. Maksud hati pengennya sarapan sambil tanya-tanya destinasi wisata biar enak jalannya, tapi zonk, ekspektasi ketinggian, yang punya warung malah sama sekali ngga ngerti. Duh kang…… Kemudian kami ngobrol sama Pak Becak…

“Ke Kota Lama bisa naik trans, bisa naik Daihatsu,” kata Pak Becak. Mendengar Daihatsu saya sempet mikir… Nggak lama ada angkot lewat. “Lha Daihatsu itu lho mbak…” Ternyata Daihatsu itu angkot. Oalah…

Setelah tawar menawar sama Pak Becak dengan deal Rp 10.000, jadilah kami pakai jasa beliau. Sok wisatawan banget dah jalan pake becak. Sampai di Kota Lama, si Bapak ngejelasin satu per satu bangunan yang ada di sana, mulai dari sejarah berdirinya, sekarang difungsikan jadi apa, cerita mitosnya, sampai saya tergoncang-goncang karena jalanan nggronjal ditrabas2 aja saking semangatnya cerita.

Nah, karena Kota Lama punya banyak banget bangunan keren, keuntungan dari naik becak ini adalah, kita bisa berhenti-berhenti dimanapun kita suka, tanpa nambah biaya. Ada spot bagus, berhenti. Ada view keren, berhenti. Ditungguin sama Pak Becak, with his pleasure.

Mba-mba nunggu Daihatsu
Taman Srigunting
The famous Gereja Blenduk
Kota Lama done. Lanjut ke Lawang Sewu. Dari Kota Lama ke Lawang Sewu juga bisa naik trans. Kata temen yang domisili disana, trans ini sudah mengcover semua city tour Semarang, cuma unitnya masih terbatas, jadi bisa agak lama nungguinnya. Dengan pertimbangan waktu dan karena sudah keenakan naik becak juga, kami minta si Pak Becak antar kami ke Lawang Sewu. Nambahnya Rp 15.000. Nah disinilah saya merasakan Semarang yang pinis bingits briihh. Di sepanjang jalan ada banyak mural disana-sini, kece-kece lagi. Bagus sih buat foto, cuman saya ngga pede foto satu frame sama mural. Semacam kurang brandal. Maklum kemasan santri.

Crowne Plaza dari dalam becak
1000 doors, bahasa kerennya. Tiket masuk per orang Rp 10.000, disediakan guide juga bagi yang membutuhkan. Kalo pakai guide, kita bisa masuk ke ruang bawah tanah, bekas bunker penyiksaan. Ada beberapa bagian bangunan yang sedang dalam perbaikan, jadi explorenya belum bisa maksimal. So this is it, yang disebut-sebut angker dan banyak hantunya.

Fotoin ini dari bawah Pohon Beringin yang super gede, berasa dimata-matai jurig
Liat nggak, ada mba-mba di jendela paling atas?
Foto mainstream :)

Mba-mba yang nungguin Daihatsu tadi udah nyampe galeri kereta
11.20, kami menyudahi jalan di Lawang Sewu dan melanjutkan ke Sam Poo Kong. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan dari tanya sana-sini, Lawang Sewu-Sam Poo Kong jaraknya nggak jauh, cuma kalau mau pake Daihatsu, ngga ada yang direct, harus oper-oper. Pake becak juga bisa, cuman tarifnya kemungkinan akan mahal karena ada jalan tanjakan, meskipun ga tinggi sih. Alternatif paling baik untuk kami adalah taksi. Perkiraan kami argo taksi sekitar Rp 25.000-Rp 30.000, ngga taunya cuma Rp 15.000.

Tiket masuk Sam Poo Kong cuma Rp 3.000 per orang. Dan yang unik disini, di dalam klenteng ada mushola nya. Dengan kamar mandi dan tempat wudhu yang bersih, wangi dan terawat. Selesai bersih diri dan sholat, ready to rock!

Bibik Lung, kau dimana...
^-^-^-^
14.30, mendungnya Semarang gloomy abis. Kami menyudahi eksekusi hunting view dan bergegas pulang. Menuju Solo, kami nggak bisa naik Kalijaga lagi karena kereta hanya beroperasi sekali round way dalam sehari, jam 08.40 tadi kereta sudah berangkat lagi dari Poncol menuju Solo.
Dari Sam Poo Kong, kami naik bus kota jurusan Banyumanik. Semarang basah kuyup broh, diguyur hujan dan jadi adem. Di jalan kami disuguhi view landscape macem-macem, mulai dari bukit-bukit, tebing, perumahan elite yang nyempil-nyempil dan letaknya anomali, sampai crowdednya jalanan yang memicu bunyi klakson dimana-mana.

Sampai di Banyumanik, kami dikode sama mas kenek,
“Solo Mba? Naik itu ya…” sambil nunjuk bus di belakang.
“Naik apa mas?” tanyaku, maksudnya nanyain naik bus apa dan yang mana?
Eh dianya jawab, “Naik pesawat Mba….”
Kan kampret.
Partner malah cekikikan, sampai di dalem bus menuju Solo pun masih aja ketawa. Kan dobel kampret.

Di dalem bus menuju Solo, saya melihat ke luar dari kaca jendela yang dibasahi titik-titik hujan sambil merenung…
“Harusnya tadi becak bisa ditawar lagi, Kuq!” kataku memecah renungan. Tsaaahh
“Yo ngga popo. Itung-itung amal sama Pak Becak, kita yo ngga rugi. Tarohlah kalo naik trans/angkot @5000 x 2 jadi 10.000. Di becak kita keluar 12.500, selisih 2.500, kita bisa santai dan beramal,” katanya.
Beginilah kalo pergi-pergi sama orang ngga tegaan. Ngga tega sama Pak Becak tapi tega ngetawain saya. Ciihh…

Overall jalan-jalan kali ini seru. Yang bikin seru lebih kepada cerita-cerita di jalan menuju kesananya. Dan yang masih bikin saya penasaran sampai sekarang, kenapa orang Semarang hobi banget pencet-pencet klakson?


---------------------------------
Informasi budget per orang
  • Kereta Solo-Semarang Rp 10.000
  • Sarapan Rp 10.000
  • Becak Rp 12.500
  • Taman Lawang Rp 10.000
  • Taksi Rp 7.500
  • Sam Poo Kong Rp 3.000
  • Bus Kota Sam Poo Kong-Banyumanik Rp 7.000
  • Bus AC Banyumanik-Solo Rp 25.000
  • Total Rp 85.000
Kalo mau lebih irit lagi bisa pangkas di bagian sarapan, becak dan taksi, diganti dengan bekal dan jalan kaki, bisa less Rp 30.000 jadi Rp 55.000 aja sist yuk diorder....
Dan yang suka bilang, "jalan-jalan mulu nih duitnya banyak" sini kecup satu-satu....

Emma

1 komentar:

Zakia Maharani mengatakan...

Hmmm..I see.
Murah bett mbak,asal nggak masuk mall atau pusat perbelanjaan. Wkwkwkwk, bisa ludes saldo kita.

See you soon mbak, lagi ngagendain mau ke solo nih. I'll be there soon. hehehehe