Dan selama 3 tahun itu saya selalu
dihantui dengan berbagai pertanyaan seputar tagihan sequel dan pernyataan
penasaran entah sudah berapa milyar kali *alahlebay.. Dan saya selalu saja
memberikan jawaban yang sama dan peres dan basi untuk setiap pertanyaannya.
“Secepatnya….” Menang banget
pokoknya kalau udah jawab begitu. Haha…
But promise is a promise. Mau seberapa
lama, tetep harus ditepati. Dan di sela-sela hectic nya schedule (schedule
nonton film maksudnya :D) disertai jungkir balik salto bungee jumping
struggling mati-matian, akhirnya selesailah segala tetek bengek terkait editing,
layout, design buat novel ini, dibantu nulisbuku dalam proses penerbitannya.
So yeah, this is it, VERTICAL : another
piece of The Otherspace
Nah biar makin penasaran, cek
spoiler berikut
CLAP! Cahaya merah berpendar
sesaat, persis seperti cahaya dalam ruangan cetak roll film negative, namun
yang ini kelihatan lebih pekat.
“Apa itu?” Gilda spontan
bertanya. Shira tak berbasa-basi, langsung menghambur ke dalam ruangannya
diikuti oleh Gilda.
Shira seketika mengerutkan
dahinya, mendapati kertas-kertas gambarnya tadi hangus terbakar dengan bentuk
lubang lingkaran sempurna di tengahnya.
“Energi apa ini?” Shira bertanya
heran sambil membolak-balik kertas-kertas yang kesemuanya hampir hangus
terbakar.
“Tak ada bekas api sama sekali
disini.” Gilda membantu berpendapat sambil berjalan mengelilingi ruangan Shira.
“Coba kau ke bagian sistem.”
Shira memerintah. Bagian sistem adalah ruangan sebagai pusat kerja monitoring
digital mereka, yang mayoritas kendalinya dipegang oleh Gilda. Ia kemudian
bergegas menuju ruangan sistem dengan membawa satu sample kertas yang terbakar
tadi.
Gilda dengan cekatan mengorek
habis informasi yang harus dia temukan dari kejadian aneh barusan. Dia ambil
kursi kerjanya, duduk menghadap monitor flat dan mengetikkan beberapa kode
biner yang telah dia buat melalui proses dekripsi[1]
sehingga dapat diterjemahkan dalam bahasa keyboard.
“Shira
punya keterkaitan kuat denganku. Ia adikku. Kami berasal dari satu ayah dari
dua dimensi, dari universe yang berbeda. Aku adalah anak dari ayahku di
universe berjudul bumi. Sedangkan Shira juga anak ayahku, ayahku yang berasal
dari universe yang lain, entah apa itu namanya.”
“Kau tidak sedang bercanda kan? Parallel
universe itu rumit sobat, tidak semudah itu mencapai keterkaitan yang tepat.”
“Aku
tidak bermaksud mencari atau membangun sebuah keterkaitan. Yang aku katakan realita. Ini berlaku jika dan hanya jika kau
percaya. Dan aku juga tidak memaksamu untuk percaya. Aku hanya mencoba
menceritakan tentangku yang seperti ini kepada orang yang mengaku terlibat jauh
dengan pembahasan parallel universe. Itu saja, tidak lebih.”
“Oke,
oke. Maaf jika sedikit menyinggungmu. Lalu sekarang ayahmu? Ayah Shira?”
“Ayahku
menghilang sejak 12 tahun yang lalu, dan terakhir ditemukan dalam keadaan tak
bernyawa karena sempat terganggu jiwanya.”
“Aku
pernah membaca sebuah artikel tentang orang yang berada di dimensi yang
berbeda. Ketika seseorang di suatu dimensi mati, maka matilah pula orang yang
sama yang berada di dimensi lain dalam waktu yang bersamaan dan dengan cara
masing-masing yang berbeda-beda. Jadi kemungkinan ayah Shira pun juga mengalami
hal yang sama dengan ayahmu karena pada dasarnya mereka terbentuk dari tanah
yang sama hanya keberadaannya saja yang berbeda.”
Mereka seperti berada pada sebuah
kotak kaca berjelaga, terbang melayang-layang dalam pekat di antara benda-benda
angkasa raya. Seperti bertransmigrasi ke planet lain dengan transportasi unik
semacam pesawat terbang hampa udara. Minim fasilitas, tanpa jaminan
keselamatan, tanpa pilot, tanpa bahan bakar dan kesemuanya terjadi secara
alami. Mengenai pramugari beserta awaknya tak ada yang peduli. Seperti
menumpang pesawat antariksa kiriman Naza ke Pluto, New Horizon, yang sama
sekali tak berawak.
Mereka melintas tanpa sadar, di
bawah himpitan dan tekanan atmosfer tak bernama yang menghantarkan mereka pada
tujuan yang tak jelas. Terpasung dalam kehampaan ruang angkasa. Otak mereka
mati seperti sedang mengikuti program brainwashing.
Keberadaan mereka yang asing di antara benda-benda di angkasa menjadikan mereka
terasa terkucilkan dan aneh. Jika saja benda-benda asing itu punya mata, mereka
pasti akan melirik dan bahkan mengikuti setiap gerak kotak kaca berjelaga itu.
Darah mereka seperti berhenti
mengalir, detakan jantung melemah dan hampir berhenti, urat nadi seperti
terputus, lidah kelu tak berujar, idealisme terbungkus rapat, open minded tidak berlaku disini. Bahkan
teori serumit dan seaktual apapun tak mampu mereka jadikan pendukung analisa.
Semuanya hanya nampak ‘seperti’, nampak mati namun sebenarnya hidup.
Buat yang belum baca The
Otherspace, jangan khawatir bakalan ga ngerti jalan ceritanya. Selain ada
prolog, pas waktu nulisnya udah dipertimbangin banget biar story line nya
independen, no flash back, jadi bisa dinikmati secara terpisah.
Well then, kamu bisa intip
sampelnya disini http://nulisbuku.com/books/view/vertical
Terus cara ordernya tinggal email
nama, alamat, judul buku ke admin@nulisbuku.com
lalu tunggu reply.
Happy reading...
2 komentar:
mantap maa
mantap ma
Posting Komentar