 |
| Marcopolo! |
Seumur-umur baru kali ini saya buka google maps cuma buat
mencermati wilayah perairan Indonesia. Bukan, bukan mau latah ikut-ikutan
kritis tentang ikan-ikan yang dicuri asing. Cuma pengen tau kenapa laut
Indonesia itu ada yang aman buat nyelem dan ada yang
total danger. Mungkin sudah
banyak orang yang tahu dan pembahasan semacam ini sebenarnya juga sudah pernah
diajarkan waktu SMA, tapi karena geografi sekaligus daya tangkap saya lemah,
jadi ya begitulah.
Beberapa waktu lalu, saya dan temen rame-rame nyobain naik
“kapal-kapalan” di
Pantai Ngrenehan, Gunung Kidul. Waktu ditawarin sama
bapak-bapak nelayan, beberapa dari temen sangsi.
Antara pengen dan takut. Per
orangnya ditarik Rp 10.000, itupun masih ada potongan untuk rombongan lebih
dari 4 orang. Sudah bisa dipastikan, duit segitu ngga bakal ada jaminan
asuransi, pelampung dan standar keamanan yang lain. Mengingat kami ngga bisa
berenang, kalo kecemplung, paling cuma ditolongin sama mas-mas yang narik
diesel. Kayak di
Baywatch, adegannya, bukan mas-masnya.
Setelah berunding untuk saling meyakinkan dan menguatkan –ceile-
akhirnya kami sepakat untuk mengiyakan tawaran Bapak Nelayan. Well done, kami
sudah menata posisi masing-masing agar posisi kapal seimbang, ngga oleng
sebelah. Oh ya, FYI, kapalnya ini bukan semacem kapal fery loh ya, cuma kapal
nelayan yang kalo kita duduk langsung sejajar dengan air.
 |
| Lesehan |
Begitu diesel dinyalakan dan kapal mulai jalan, kami semua
panik. Beyond expectation! Kami ngga nyangka ombak akan sebegini kuatnya,
goncangannya kerasa banget, padahal itu belum sampai ke tengah. Pelan-pelan,
kami mencoba menyesuaikan, berusaha mengurangi kepanikan karena harus ambil
foto. TAPI, panik hilang, ombak datang. Semakin ke tengah, ombak semakin luar
biasa. Kami jadi kesulitan ambil foto karena sibuk menyeimbangkan posisi.
Konsentransi pecah belah antara menyeimbangkan posisi badan sendiri, posisi
duduk dan berdiri kami biar kapal ngga berat sebelah, sekaligus posisi pose
biar dapet gambar cantik.
 |
| Kelakuan! |
Sampai di tengah mesin dimatikan, kata si Bapak kita disuruh
foto dulu. PADAHAL, ombak pas di tengah ini mahadahsyat. Kami berhadapan dengan
laut lho ya, ombak gede dan mendung pula, sementara kapal yang kami tumpangi
cuma seuprit. Masih mending sampan yang dihadapi air tenang, nah ini? Ngerti
kan gimana perasaan kami, bagaikan setitik debu kosmik di angkasa raya, yang
sekali tiup langsung terbang. Tapi, percaya ngga percaya, kepanikan dan segala masalah
ombak-ombakan sirna seketika waktu mengedarkan pandangan dari tengah ke tepi.
 |
| #nocaption |
 |
| Mendungnya asoy |
 |
| #nofilter |
Beda perkara waktu nengok ke belakang dan yang saya lihat
cuma batas laut yang ngga ada ujungnya. Antara ngeri dan takjub. Saya sempet ketawa
geli ngeliat tingkah polah temen-temen pas kapal dihantam ombak. Bahkan
ada yang bilang, “
Ojo dihoyag-hoyag woiii!!!” (Jangan digoncang-goncang). Hahahaa… Yakali
elu ngomong sama ombak. *muterlaguEbitGAde*
 |
| Panic attack |
 |
| Kapal oleng, kapten! |
Jadi itulah penyebab belakangan saya gemar ngintip maps cari
tau tentang perairan Indonesia. Ternyata yang kami hadapi kemarin bukan cuma
laut, tapi samudra bo’. Samudra Hindia. Iya, kami dengan kapal nelayan seuprit yang
mirip sampan, tanpa pelampung dan tanpa keahlian berenang berhadapan dengan
Samudra Hindia. Kewanen!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar