Orang akan tiba-tiba teringat
dengan masa kecilnya ketika dihadapkan pada suatu kejadian, suatu barang atau
suatu adegan yang pernah atau sering dialami waktu kecil. Seperti beberapa
waktu lalu, ketika tiba-tiba saya pengen berburu jajan pasar. Pagi-pagi sekali,
saya sudah ngoprak-oprak Ibuk untuk
saya seret paksa ke pasar. Mengingat tenongan adalah most wanted nya pasar tradisional, jadi harus datang lebih awal untuk
menemukan isi tenongan yang masih komplit.
Dan benar saja, ketemu tenongan saya langsung
de javu. Sewaktu kecil, Mbah Uti sering mengajak saya untuk menemani ke pasar
dengan iming-iming, “mengko jajan ning tenongan
nduk”. Senangnya bukan main waktu ketemu penjual tenongan yang manggrok di ujung jalan dalam pasar.
Makanannya banyak dan warna-warni. Favorit saya waktu kecil adalah cantik manis
dan mutiara.
Tenongan sendiri adalah wadah dari bambu semacam tampah dengan ukuran yang lebih tinggi. Namun, seiring perkembangan jaman, tenongan banyak dimodifikasi, salah satunya dibuat dari alumunium, agar awet dan mudah dibawa kemana-mana, tidak gampang rusak.
Dan
selanjutnya, mari makaaaann….
LENJONGAN
Terdiri dari beberapa makanan, satu kesatuannya disebut lenjongan. Yang di frame adalah gethuk, sawut, klepon, ketan ireng (searah jarum jam). Lenjongan ini makanan yang khas banget di Solo. Bahkan Pemerintah Kota Surakarta pernah mengadakan lomba membuat lenjongan antar kelurahan se-Kota Surakarta. Ketahanan pangan! :) Sepiring kecil itu cuma Rp 2.000. Buat temen ngemil di pagi hari sambil ngeteh-ngeteh cantik, cocok :)
Dinamai meniran karena dibuat dari menir (you don't say :D). Jaman dahulu kala, untuk menghasilkan kualitas beras yang sempurna, sebelum ditanak, beras harus dipilah dulu, dibuang gabahnya lalu ditapeni (dibersihkan) di atas tampah, agar terpisah antara bulir beras besar dengan yang kecil. Bulir-bulir beras yang kecil inilah yang disebut dengan menir. Nah meniran berasal dari menir yang dikukus dengan daun bersama santan. Rasanya.... gurih, empuk, lembut, lezat, melted jadi satu. Apalagi dimakannya pas masih hangat. Hmmm....
Ini nih, favorit saya dari sejak masih ingusan sampai sekarang. Awalnya, saya suka makanan ini karena hal sepele, cuma karena warnanya. Gimana nggak catchy untuk anak seumuran TK, luarnya gelap, pas dibuka merah cakep gitu. Jadi kayak nemu berlian di antara gundukan jerami :D
Dibuatnya dari sagu mutiara, dicampur parutan kelapa. Karena sagu mutiaranya sendiri udah berwarna merah, jadinya nggak perlu tambahin bahan pewarna. Bebas kimia lah pokoknya
Dibuatnya dari sagu mutiara, dicampur parutan kelapa. Karena sagu mutiaranya sendiri udah berwarna merah, jadinya nggak perlu tambahin bahan pewarna. Bebas kimia lah pokoknya
NAGASARI
Nagasari adalah makanan yang dibuat dari tepung beras disisipi irisan pisang, dikukus dengan daun pisang juga. Makanan yang banyak mengorbankan marga pisang!
Nagasari yang saya beli, agak pelit pisangnya. Biasanya sih, lebih mantap kalau irisan pisangya banyak, ada disana-sini. Yang di frame saya beli cuma seribu rupiah. Nggak boleh banyak protes jadinya ya...
Kalau kue talam ini, nggak hanya bisa ditemukan di Solo. Di berbagai belahan kota manapun di Indonesia ada. Masing-masing daerah punya talam ciri khasnya sendiri. Dibuat dari bahan baku tepung-tepungan, jadi kue talam ini mudah dikreasikan.
There are soooooo many traditional foods in a glance, ketika kita melihat isi tenongan. Jadi, setelah mendapat deskiripsi dari beberapa, selanjutnya saya kasih gambarnya aja ya, kita drooling bareng-bareng
That's all...
Selamat hunting jajan pasaaarr \^^/
Selamat hunting jajan pasaaarr \^^/
2 komentar:
Mantap kakak...
jadi lapar...
😀
bikin ngiler dan inget kampung halaman
resep soto
Posting Komentar