![]() |
Embung Batara Sriten, Jogja |
Menghabiskan malam bareng temen-temen, will always be fun. Kami kembali melancarkan piknik-piknik cantik (?) dengan prolog camping di Pantai Pok Tunggal (lagi). Kenapa nggak pantai lain? Nggak bosen disitu-situ mulu? Karena kami terlanjur klop sama Pak Sakino. Who the heck Pak Sakino is? Jadi beliau ini adalah Bapak Pantai penguasa Pok Tunggal.
![]() |
Pak Sakino sama Mbak-mbak nggak jelas |
Semalam di Pok Tunggal
Yak, karena kami berangkat dari Solo jam 8 malam, kami minta bantuan Pak Sakino untuk menyiapkan tenda dan berbagai tetek bengeknya, biar sampe sana kami bisa langsung bercengkrama. Oh by the way, dulu saya pernah posting tentang perjalanan malam ke Pok Tunggal juga, tapi nggak ada gambar geraknya. Nah, atas inisiatif salah satu teman saya, ini ada video rute perjalanan kami..
Harapan kami satu-satunya terhadap video ini adalah kami akan menemukan penampakan entah apapun itu wujudnya yang nantinya bakal bisa kami pamerin ke orang-orang. Duh primitif, iya sih emang. Tapi nggak jadi, nggak ada apapun kecuali papasan sama mobil orang yang lampunya deuh bikin sakit mata.
Touch down Pok Tunggal, kami disambut dengan suara ombak, angin khas pantai dan cahaya bulan yang kebetulan saat itu sedang bulet-buletnya
![]() |
Rebahan disitu enak banget deh beneran |
Setelah berabad-abad nggak nyium aroma pantai, rasanya tuh kayak yang mau bergumul di awan-awan itu trus turun pelan-pelan nginjek dan jalan di atas air sambil merem-merem ngerasaian hembusan angin.... (kemudian dimakan paus....)
So, here we are, anak-anak ingusan yang masih mencari jati diri dengan segala kebegundalannya...
![]() |
Abaikan gosongnya |
![]() |
Full team |
![]() |
In frame: Joe, basis kekinian Vitamin C |
![]() |
Masih mudi hi hi hi |
Capek foto-foto nggak jelas dan ngabisin batere, kemudian kami tepar. Masuk ke tenda masing-masing dan saya gelisik-gelisik nggak bisa tidur, padahal dua cewe di samping saya udah nggak karuan suara nafasnya kemana-mana.
Yang paling saya kangenin dari ngecamp di pantai adalah, pagi harinya. Gimana ya... paginya pantai itu sederhana banget, suasana yang nggak berlebihan, yang datar dan nggak menawarkan banyak ekspektasi, you see what you see, you get what you need. Terlepas dari perkara sunrise, karena nggak bakal keliatan sunrise kecuali ratakan dengan tanah dulu tebing-tebingnya.
![]() |
Greetings from baby blue |
![]() |
Selamat pagi, sisa semalam |
Embung Batara Sriten, Nglipar
Setelah semaleman dan sepagian puas main di Pantai, kami melanjutkan perjalanan yang, seperti biasa, nggak ngerti mau kemana. Googling, rundingan, dan segala macam musyawarah untuk mencapai mufakat telah dilakukan. Akhirnya, kami memutuskan untuk menuju Embung baru yang katanya merupakan puncak tertinggi Gunungkidul ini.
Akses jalan kesana masih kurang bagus. Saran saya sih, sebaiknya pakai motor jangan matic, dan kalau bawa mobil jangan yang jenis-jenis sedan, kasihan. Kenapa? Karena ini.....
Video diambil pas perjalanan pulang dari Embung Sriten. Speednya keliatan kenceng karena jalannya turun. Saya, sebagai orang yang mengusulkan destinasi ini, sama sekali nggak nyangka akan begini medannya. Jalannya banyak bebatuan, sempit, kanan tebing, kiri jurang. Jadi nggak ada kemungkinan untuk banting setir, kecuali masuk jurang dan kebentur tebing. Nggak tau kenapa saya yang cuma duduk sambil liatin jalan jadi capek sendiri dan ngos-ngosan dan keringetan. Untunglah SIMnya yang nyetir nggak nembak.
Well then, Embung Sriten ini punya ketinggian 896 mdpl. Dari sini kita bisa liat landscape sekitar Gunungkidul, ala-ala aerial view gitu.
![]() |
Jangan khawatir kepanasan, disedian pendopo disana |
![]() |
Aerial view (KW) |
![]() |
Sekiranya bosen hidup, bisa mundur dikit |
![]() |
Foto di parkiran.. karena background landmark sudah terlalu mainstream |
That's all perjalanan kami, dari dataran bumi paling dasar menuju dataran tinggi setinggi harapanmu terhadap de'e :D :D
-----------------------------------------------------------
Informasi tambahan
Biaya sewa tenda dome : Rp 60.000/tenda, kapasitas 3-4 orang
Parkir mobil inap : Rp 10.000
Biaya masuk Embung : 1 mobil Rp 15.000 (include parkir)
Photos taken with Lumia 925, Xiaomi mi4i, Canon 600D
Video taken with SJCam 5000+
Tidak ada komentar:
Posting Komentar